Jumat, 16 Februari 2018

SelaSastra Boenga Ketjil #1, "Sastra dan Kesesatan"

SelaSastra Boenga Ketjil #1, "Sastra dan Kesesatan"
Pembicara Binhad Nurrohmat, 
Moderator Zen Sugendal, 26 Januari 2016

Membincang Sastra dan Kesesatan semalam (Selasa 26 Januari 2016) di Warung Boenga Ketjil kediaman Andhi Setyo Wibowo ibarat mengulas Laut dan Gelombang. Presisi batasan yang tepat tidak ditemukan dalam satu ruas, sebab Sastra bersifat benda riel sedang Ke-sesat-an adalah gelembung sifat yang diakibatkan/dihasilkan oleh debur luasnya samudera. Kaum Agamis berpendapat bahwa Kapitalis dan Sosialis sesat. Bagi sosialis, kaum agamis dan kapitalis sesat, begitu seterusnya. Maka, mana yang ditentukan sebagai kesesatan? Pram dianggap sesat oleh penguasa dan tidak dianggap sesat oleh agamis. Tahun 60 cerpen Langit Makin Mendung karya Panji Kusmin yang menggambarkan Nabi berkacamata, nabi datang ke pelacuran jelas dianggap sesat oleh kaum agamis namun tidak dikategorikan sesat oleh penguasa. Sesat itu sawang sinawang. Sisi lain, ideologi apapun disebarluaskan melalui teks(karya sastra, seni tulis) yang pasti berdampak pada pembaca.

Poin-poin pemikiran itulah yang coba ditawarkan oleh pembicara Binhad Nurrohmat dalam kesempatan tersebut. Ulasan kemudian dihangatkan oleh peserta yang hadir antara lain Agoes Soe, Robin Al Kautsar, Inswiardi Besut, Andri dkk (Ketua DKKM Mojokerto), kawan dari Stibafa, kawan pimred Tebuireng.

Apa batas garis yang jelas sehingga sesuatu itu bisa disebut sesat? Misal seluruh atribut dilepas dulu dari manusia, ideologinya, agamanya, alur politiknya, seluruh bidang profesionalismenya dst dst, tinggal manusia sebagai dirinya: manusia, apakah ada tolak ukur, manusia yang berkelakuan bagaimana dikatakan sesat? Apakah kreatifitas apapun yang berakibat menghancurkan manusia itu sendiri, yang berdampak pemusnahan species manusia itu sendiri, Atau bagaimana? Jika akibat yang ditimbulkan oleh suatu ajaran berakibat memusnahkan manusia dianggap sesat, tetap saja siapapun yang berpergerakan mendamaikan dan melanggengkan spisies manusia di bumi juga dianggap sesat oleh kaum satanik yang berpendapat bahwa jika manusia mencapai milyaran pada akhirnya akan berperang untuk memperebutkan sumber energi. Menurut satanik, bumi ini logisnya hanya dihuni 500 ribu manusia saja supaya nyaman dan terpenuhi. Jalan yang lurus bagi satanik adalah mengembangkan kerusakan di bumi.




Tentu saja banyak pemikiran lain yang terungkap dalam diskusi semalam, salahe kowe sombong, sok keminter, sok tau banyak hal akhire gak gelem teko. Hihihi. Gak Ngunue?

- link terkait dokumentasi kegiatan
1. Catatan Agus Sulton - Tempo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar